Hamilton – Pada hari Selasa (3/6), PBB mengingatkan bahwa kurang dari 80 persen truk bantuan yang telah disetujui oleh Israel berhasil mencapai Jalur Gaza. Situasi di daerah tersebut semakin parah akibat serangan bom dan pengungsian yang terus berlangsung.
Menurut pernyataan Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, yang mengacu pada laporan dari Kantor PBB. Untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), sejak 17 Mei, hanya setengah dari pasokan. Yang mendapat persetujuan awal dan meminta izin kedua serta terakhir dari Israel yang dapat masuk ke Palestina.
Dujarric menyatakan bahwa pekerja kemanusiaan yang berada di lapangan berusaha untuk memanfaatkan pembukaan. Yang terbatas sejak bulan lalu, tetapi ia menambahkan bahwa jumlah bantuan yang masuk masih sangat kecil dan tidak mencukupi kebutuhan yang besar di sana.
“PBB dan mitra-mitra kami telah mengajukan lebih dari 1. 200 muatan truk bantuan untuk tahapan persetujuan terakhir oleh Israel — yang dikenal dengan istilah manifesting,” ungkap cvtogel Dujarric.
Dari semua truk tersebut, kurang dari 80 persen, atau sekitar 940 truk, telah berangkat dari gudang di Israel. Setelah melalui pemindaian serta proses bongkar muat dan pengiriman ulang, hanya sekitar 620 truk yang sukses mencapai sisi Palestina.
Namun, Dujarric menambahkan bahwa PBB tidak memiliki akses penuh ke seluruh proses karena pihak berwenang Israel tidak mengizinkan pemantau PBB berada di lokasi perlintasan.
“Hingga saat ini, hanya sekitar 370 truk yang benar-benar berhasil dihimpun dan didistribusikan di dalam Gaza,” jelas Dujarric.
Lebih jauh, Dujarric menginformasikan bahwa pada hari Senin (2/6), sepuluh dari tiga belas permohonan koordinasi bantuan kemanusiaan ditolak oleh Israel.
Permohonan tersebut termasuk pengambilan bantuan dari titik Kareem Shalom, distribusi air bersih ke Gaza Utara, dan pemindahan stok bahan bakar ke daerah-daerah yang membutuhkannya.
Ia juga memperingatkan tentang meningkatnya jumlah kasus buruh anak, pernikahan dini, dan pemisahan keluarga yang kian tajam. “Semua ini disebabkan oleh kelaparan, pengungsian, dan krisis ekonomi yang semakin memburuk,” kata Dujarric.